Friday, April 13, 2007

Sosialisme dan Manusia di Kuba

Che Guevara (1965)

Artikel ini di tulis dalam bentuk sebuah surat yang ditujukan kepada Carlos Quijano, editor Marcha, majalah mingguan independen yang radikal di Montevideo, Uruguay. Guevara menulisnya saat dalam perjalanan ke luar negeri selama tiga bulan, saat mana ia berpidato di sidang umum perserikatan bangsa-bangsa dan mengunjungi sejumlah negara di Afrika. Artikel ini dipublikasikan, pada tanggal 12 Maret 1965 di majalah Marcha, dan tanggal 11 April 1965 di majalah Verde Olivo.
Kawan tercinta: Meskipun terlambat, saya tetap berusaha menyelesaikan catatan ini dalam rangkaian perjalanan saya ke Afrika, dengan harapan bisa memenuhi janji saya. Saya akan menuliskan tema yang dinyatakan oleh judul di atas. Saya kira, itu menarik bagi para pembac a di Uruguay.
Pendapat umum yang dilontarkan dari mulut juru bicara kaum kapitalis, dalam rangka perang ideologi menentang sosialisme, yakni bahwasanya sosialisme, atau periode pembangunan sosialisme seperti yang sedang kami laksanakan di Kuba ini, ditunjukkan oleh, penghapusan individu atas nama negara. Saya tidak akan berusaha menolak pendapat tersebut semata-mata berdasarkan argumen teoritik, melainkan dengan menunjukkan fakta-fakta sebagaimana adanya di kuba dan selanjutnya memberi tambahan komentar umum. Ijinkanlah sekarang saya memaparkan sejarah perjuangan revolusioner kami sebelum dan sesudah berhasil merebut kekuasaan.
Sebagaimana telah diketahui, tanggal tepatnya dimulainya perjuangan revolusioner --yang mencapai puncaknya pada 1 Januari 1959--adalah tanggal 26 Juli 1953. Sebuah kelompok yang dipimpin oleh Fidel Castro menyerang barak Moncada di Propinsi Oriente pada pagi hari tanggal tersebut. Serangan itu gagal, kegagalan itu menjadi sebuah malapetaka; dan mereka yang hidup dijebloskan ke dalam penjara, dan memulai kembali perjuangan revolusioner setelah mereka dibebaskan melalui sebuah amnesti.
Dalam proses ini, dimana yang ada baru berupa benih sosialisme, manusia merupakan faktor fundamental. Kita meletakkan kepercayaan kita padanya--individual, khas, dengan nama pertama dan akhirnya--dan kemenangan atau kegagalan missi yang dipercayakan padanya bergantung pada kapasitasnya untuk aksi.
Selanjutnya tibalah tahap perjuangan gerilya. Perjuangan ini berkembang dalam dua lingkungan yang berbeda: rakyat, massa yang masih tertidur yang harus dimobilisasi; dan pelopornya, gerilyawan, kekuatan motor mobilisasi, pembangkit kesadaran revolusioner dan antusiasme militan. Pelopor ini merupakan agen katalisator yang membangkitkan kondisi subyektif yang diperlukan untuk memperoleh kemenangan.